Superhero untuk sang superhero
6:13 AM
Saatnya membersihkan blogku dari sarang
laba-laba. Sorry for the very late update. Kuliah di semester tua ini nuntut
aku untuk selalu standby untuk nyelesein tugas yang segunung itu. Okesip, sekarang lanjut
aja di artikel pertama ini.
***
Sering banged terpikir hal-hal yang aneh dan sudah
semestinya ga perlu buat dipikirin. Kayak gini nih misalnya, kalau di film-film
superhero itu pasti tokoh utamanya yang selalu membantu orang-orang di
sekitarnya. Kalau kesusahan dikit aja, atau terancam bahaya, si superhero
ini tanpa diminta bakalan sigap langsung buat nolongin kita. Bahkan, salah satu
superhero seperti superman, dilengkapi insting yang luar biasa hebat, yang bisa
mendengar jika ada seseorang meminta pertolongan (ga kebayang dah gimana
berisiknya). Contoh lainnya di film spiderman, awal-awal ngerasa diri punya kemampuan lebih, dia jadi
lebih suka nolong orang-orang dan bantuin polisi, walaupun di sisi lain, banyak orang
yang mencemooh dia karena dianggap malah dia kriminalnya.
Tapi bagaimana ketika dia di posisi tersudut difitnah seperti itu?
Bagaimana hinanya tokoh Peter Parker ketika tidak mengenakan kostum spiderman?
Bahkan, pada sekuelnya yang ketiga, ketika spiderman bingung akan jati dirinya
antara being angel or devil, siapa yang bisa bantu menenangkan dia?
Pertanyaan terakhir, Siapa
yang peduli? Kalaupun ada yang peduli, apakah mereka mau dan mampu membantu?
Kita sering kali menggeneralisasikan sesuatu, misalnya
“ketika seseorang pernah berbohong sekali, orang itu selamanya dianggap tukang
bohong”. Padahal belum tentu selamanya dia berbohong. Maksudnya, sekali beranggapan
superhero itu jagoan, hebat dan bisa apa saja, maka akan tergeneralisasi bahwa
dia bisa melakukan apa saja dan menyelesaikan apa saja (tentunya tanpa bantuan
orang lain). Mungkin pola pikir generalisasi ini yang membuat kita malas untuk
peduli apalagi membantu.
Probably begitu posisi yang aku hadapi
sekarang. Bukan, bukan maksudnya aku pernah atau sedang menjadi superhero. Bukan juga maksudku aku lelah untuk membantu atau menyombongkan diri karena pernah membantu. Karena menurutku membantu atau menolong itu adalah suatu kepuasan tersendiri untuk membuat orang lain tersenyum dengan kepedulian dan keikhlasan kita.
Hanya sekedar beropini. Ketika aku tidak tahu bagaimana menyelesaikan sesuatu, ketika aku sedang sangat butuh bantuan. Kalau tahu seperti ini, mungkin
aku tidak perlu (sok) hebat untuk membantu. Bertingkah konyol seakan tahu segalanya dan bisa
segalanya, yang padahal semua itu karena proses, belajar. Dan semua orang bisa
belajar kan? Jadi, ini mungkin aku yang terlalu dungu karena berkhayal terlalu tinggi dan bertingkah terlalu sok untuk menjadi superhero.
Jadi,
adakah superhero untuk sang superhero si dungu ini?
0 komentar