Kita belajar
sedari lahir. Berusaha mencari makan sendiri dengan inisiasi dini. Belajar
duduk, belajar cooing, babbling, belajar merangkak, belajar jalan, belajar
ngomong, sampai akhirnya belajar yang bener-bener belajar dari TK sampai
perguruan tinggi. Dari bayi itu, sepertinya ga ada anak bayi yang bilang males
untuk belajar merangkak. Mereka terus berusaha (tanpa kata malas) sampai bisa. Tapi
kenapa, semakin bertambah umur kita, semakin banyak saja orang yang sering
berkata malas?
1. kurangnya
interest. Semakin bertambahnya usia, kita bukan belajar secara alami lagi, tapi
karena tuntutan. Situasi dan kondisi social yang menyebabkan kita belajar. Bisa
dibilang, kita belajar untuk mencari sertifikat, sertifikat itu kita pakai
untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dengan pekerjaan yang lebih baik
tentunya gaji menjadi lebih baik, dengan gaji yang lebih baik tentunya lebih
mudah bagi kita mendapatkan uang, dengan banyaknya uang yang kita punya tentu
kita bisa punya segalanya. Nah itu, yang
kalau punya pemikiran sama seperti diatas, pasti usaha buat belajar buat
kehidupan yang lebih baik. Nah kalau engga? Pastinya interest mereka berkurang
di sini, mereka akan lebih mudah ignore, merasa bahwa apa yang diajarkan sangat
tidak berguna, apalagi bagi mereka yang harta orang tuanya ga abis 100 turunan
(biasanya) akan lebih ga peduli. Karena mungkin, mereka hanya mencari tahap dua
(mendapatkan sertifikat) dan merasa sudah memiliki segalanya. And well done.
Akhirnya, kata malas yang selalu ada.