Menjual mimpi, membeli angan
7:56 PM
Kalau ditanya apakah semua orang
punya mimpi? Tentu jawabanya iya. Tapi kalau ditanya lagi apakah semua orang
yakin mimpinya akan terwujud? Hmmmh..
Saya sendiri, ketika disodorkan
pertanyaan seperti ini, memerlukan waktu sekian detik untuk akhirnya
menjawab..IYA! SAYA YAKIN.
“The future belongs to those who
believe in the beauty of their dreams.”
Yah kasarnya, kita ga punya masa
depan kalau ga percaya sama mimpi. Jadi, bener. Kita harus berani bermimpi tapi
berani juga untuk mewujudkan mimpi.
SAYANGNYA, saudara-saudara..
Ada juga segelintir orang yang
sudah punya mimpi tapi masih belum tahu cara mewujudkannya (termasuk saya sih).
Nah ini nih yang kemudian menjadi sasaran empuk bagi ‘pembisnis’ dan dengan
sangat kreatif terbungkus rapi untuk akhirnya dieksploitasi dan diperdagangkan,
lebih tepatnya ‘mengeksploitasi’ para pemimpi yang kebingungan arah itu tadi.
Mungkin kalian pernah, atau
sekarang baru memulai suatu ‘bisnis’ yang mana sangat sering
didengung-dengungkan berkali-kali dan dengan menggebu-gebu berulang-ulang
menyebutkan kata mimpi. Dan mengaku serta meyakinkan bahwa mimpi kita sangat
mungkin diraih melalui ‘bisnis’ yang ditawarkan ini. Kita diberikan berjuta
bayangan bagaimana jika kita bisa menempati posisi tinggi dan memiliki bawahan.
Kita dibuai dengan berjuta angan yang merupakan hal yang benar-benar kita
inginkan. Kita bahkan diberikan contoh jutaan orang yang sukses dari bisnis
ini. Rasanya tidak mungkin, kalau kita tidak terpelongo, manggut-manggut dan
akhirnya diri kita sendiri yang menjamin bahwa ini benar dan inilah cara kita
sukses. Bahkan, disaat kita jatuh dan merasa sudah tidak sanggup lagi
menjalankan ‘bisnis’ ini, mereka kembali datang, dengan jutaan motivasi yang
luar biasa super sekali. Karena kan kalau kita ga jalan dan lanjutin ‘bisnis’
itu, mereka juga ga dapet persenenan, bro!
Selain berkedok mimpi, biasanya
dikamuflasekan lagi dengan sebuah produk. Padahal kalau diperhatikan lebih
seksama, pada intinya, project ‘bisnis penjualan mimpi’ ini sangat
menguntungkan pihak mereka dan sebaliknya menekan kita untuk berjuang sepenuh
tenaga mempromosikan produk itu. Bayangkan, dengan bahasa mereka yang sangat
komunikatif, dan secara pragmatis dapat mengontrol pikiran orang lain, mereka
dengan mudahnya mendapatkan pekerja yang menjajakan produk mereka secara instan
dan sukarela. Bahkan, di beberapa produk, diharuskan untuk membayar dengan jumlah
yang cukup besar, dan dengan iming-iming ‘investasi’. Tapi who cares? Saat itu
di pikiran, hanya kerja dan wujudkan mimpi, walaupun harus bayar dulu dengan
jumlah besar, aku bakalan jadi milyuner nih..Hahahahahahahaha eitsss.. tapi
‘Tidak semua yang kamu dengar itu benar lo.”
Kalau dalam linguistic, ada
cabang ilmu yang namanya pragmatic, kata dosen saya Pragmatic learns about how human mind works, how humans communicate, how
they manipulate one another. Lebih ditekankan yang terakhir, bahwa memang
seseorang itu terkadang bertutur berbeda dari apa yang dia maksud sebenarnya,
dan bertujuan agar dapat memanipulasi si lawan bicara. Bahasa itu hebat loh. Bahasa
bisa mengubah state of mind seseorang.
Kalau engga, ga mungkin donk banyak motivator dan hypnotherapist berjamuran saat ini, bahkan untuk
menggaet lawan jenis pun ada motivatornya. Begitulah celakanya (sekaligus untungnya), masih banyak
orang yang memang perlu diyakinkan dengan kata-kata (termasuk saya sih),
walaupun kata-kata itu (sebenarnya) tidak selamanya dan sepenuhnya benar. Otak
kita memang dirancang sangat hebat dan sempurna, mampu memasukkan input data
yang dapat pula diakses dan dikaitkan dengan data lama, yang membuat kita
berimajinasi secara luar biasa. Tetapi ironisnya, terkadang otak kita juga
sangat lemah ketika imajinasi dan emosi keinginan itu akhirnya melumpuhkan
saraf logika.
Coba deh yuk berpikir lebih
kritis dan logis. Kritis maksudnya, sebelum kamu benar-benar terjun ke dunia
itu, apa sih rugi dan untungnya? Apakah semudah itu mendapatkan bawahan lagi?
Apakah benar ada jutaan orang di luar sana yang tertarik akan produk ini? Apakah
produk ini berkualitas? Apakah ‘bisnis’ ini sudah terlalu banyak peminatnya?
Dan apakah para peminat itu sudah jadi milyuner sekarang? Bagaimana dengan
pesaingnya? Come on, krisis ekonomi global itu masih ada, dan tentunya produk
gratis yang bertebaran di internet itu lebih banyak peminatnya, dan yang
berbayar seperti ini kemungkinan besar tenggelam. Kemudian, logis di sini
maksudnya apakah benar semua bisa secepat itu?
Apakah sebegitu percayanya kamu kepada ‘pemilik perusahaan’ untuk
mengivestasikan uang kamu itu? Seseorang yang apalagi tidak pernah kita kenal
memberikan kita sejumlah uang yang menggiurkan hanya dengan bergabung di
‘bisnis’ ini? Yakin? Mungkinkah tidak ada potongan atau peraturan ribet
lain-lainnya lagi selanjutnya? Bukankah sebaiknya kita bermain investasi yang
aman, seperti emas, property atau mungkin barang langka? Just think twice
before you act.
Aku percaya mimpi. Tapi aku juga
tidak membiarkan diriku menjadi pemimpi. Terlebih dengan lebih banyak membeli
mimpi dan angan dari para penjual mimpi yang sebenarnya mimpi mereka pun belum
terbentuk utuh.
Maaf, saya tidak bermaksud untuk
menghasut, menyalahkan atau bahkan menyinggung pihak siapapun, saya hanya ingin berbagi. Saya sendiri
bisa dibilang masih dalam proses mewujudkan mimpi. Kalau memang artikel ini tidak bermanfaat, yah
silahkan diabaikan saja. Intinya, bermimpilah dengan
bebas, dan wujudkanlah dengan cerdas ya kawan! :)
0 komentar