Dari kecil
saya selalu mengidolakan sosok orang dewasa, seperti Bapak dan Ibu saya. Dua
sosok orang dewasa yang paling pertama saya kenal dan yang paling (harus) saya
patuhi pula. Saya merasa menjadi orang dewasa begitu enak dan bebas, tidak
seperti anak kecil yang tidak boleh ini dan itu, tidak akan dimarahi kalau
melakukan kesalahan, bebas menyuruh dan melarang apapun, tanpa alasan yang
pasti atau bahkan alasan yang sekedar dibuat-buat.
Menjadi
orang dewasa seakan begitu menyenangkan. Mereka tahu segalanya dan boleh untuk
mencari tahu semuanya, tidak ada kata ‘belum waktunya’ ketika ingin mencari tahu sesuatu.
Dulu waktu kecil, saya seringkali menanyakan hal-hal baru yang saya temui. Maklum, waktu jaman saya kecil, internet
terbatas dan mahal, jadi apapun yang bikin saya penasaran selalu berujung ke
Bapak dan Ibu. Yah walaupun Bapak dan Ibu paling sering menjawab dengan “Ya
memang begitu”, tapi saya mengidolakan kalimat itu. Dan yang lebih saya
idolakan lagi adalah menjadi seperti mereka, orang dewasa, sosok yang bisa
melakukan apa saja, yang dianggap mandiri, bisa memilih dan memilah apapun.
Sendiri, bebas tanpa ada kekangan.
…..
Waktu kian bergulir, dan sekarang umur saya sudah masuk di 20an. Usia yang kata
banyak orang sudah memasuki masa dewasa. Tapi, saya merasa seperti anak kecil
yang terjebak di usia ini. Saya belum mengerti, bagaimana seharusnya menjadi
sosok dewasa? Seperti apakah dewasa itu? Perlahan saya melihat realitanya,
membuka dan membalikkan pandangan awal masa kecil saya tentang sempurnanya
sosok dewasa itu yang nyatanya tidak sesempurna itu.
Tidak akan
ada seseorang yang menjadi dewasa secara sempurna
Kebanyakan
sikap anak kecil adalah tidak bisa mengendalikan ego. Contohnya saja ego saat
bermain dengan temannya, misalnya dengan mengambil semua mainan menjadi
miliknya, tidak mau berbagi, atau memukul temannya karena salah melakukan
sesuatu. Lalu apa bedanya dengan ini? Ada kasus perebutan harta waris hanya
karena salah satu orang (yang seharusnya sudah dewasa) merasa pantas untuk
memiliki semuanya, tidak mau berbagi atau bahkan berkelahi hanya masalah
sepele. Lalu, apakah mereka sudah dewasa? Padahal, berdasarkan pandangan sistem
sosial masyarakat kita, usianya menandakan bahwa mereka sudah mencapai dewasa.
Nyatanya,
banyak orang (yang seharusnya sudah dewasa) belum dewasa sepenuhnya. Dewasa
itu seakan tidak akan pernah bisa dicapai tapi hanya bisa dilalui, dari proses,
dari cara berpikir dan dari pengalaman.
Mana yang
benar dan mana yang salah
Pasti masih
ingat waktu jadi anak kecil dulu, bagaimana mendapat omelan kalau salah
melakukan sesuatu. Pegang pisau dikit salah, sentuh skalar dikit ga boleh. Walaupun memang sih maksudnya baik. Dulu, saya melihat semua orang dewasa selalu benar. Tetapi sebenarnya, mana yang disebut salah dan apa saja yang seharusnya
benar?