Promenade di Angers: Rumah antik yang cantik
12:49 AM
Berbekal Angers City Pass yang saya dapat dari Office de Tourisme, pagi ini, saya sangat
bersemangat untuk berpetualang ke tempat-tempat wisata di Angers. Sebelumnya
saya juga menyempatkan diri untuk browsing
dan melihat lokasi persisnya, sambil juga menyocokkan bis nomor berapa yang
harus saya naiki. Ada beberapa tempat yang menarik minat saya yakni: objek
wisata yang merupakan warisan berupa rumah-rumah jaman dulu
di abad 15 sampai di awal abad 20.
Angers City Pass: Map dan Penjelasan tentang objek wisata |
Setelah
memasukkan peta, jalur bus, dan kamera ke dalam tas, saya bergegas mengambil
Tram di Halte Vernau, dengan berjalan sekitar 5 menit dari tempat tinggal saya.
Tidak jauh setelah itu, saya berhenti di Halte Foch Maison Blueu. Uniknya, baru
saya ketahui juga, bahwa Maison Blueu yang artinya Rumah Biru ini memiliki
nilai sejarah. Rumah ini memiliki arsitektur Art Deco yang dibangun pada tahun
1927, karya Isidore Orodico. Tidak jauh dari sana, terdapat pula bangunan
serupa, yakni Maison d’Adam yang juga mendapat pengaruh Renaissance pada
arsitekturnya. Seakan sama seperti yang diungkapkan Melanie K. Smith (2009)
bahwa "Heritage is a means of linking past and present and enlivening history",
kedua rumah ini seakan rukun berbaur dengan arsitektur modern lainnya yang
bersanding di sekitarnya.
Maison Bleue (Foto: angers.fr) |
La Maison d'adam |
Tertegun
dalam harmonisnya bauran masa lalu dan masa kini, saya dikagetkan oleh sapaan
ramah supir bis. Kali ini saya mengambil bis nomor 6 untuk selanjutnya berhenti
di Trinité. Saya melihat lagi rumah-rumah serupa dengan arsitektur yang antik
dan seakan menggoda turis untuk menatapnya lebih dekat. Rumah yang saya
kunjungi saat ini bernama La Maison de L’apothicaire
Simon Poisson. Rumah yang dirangkai dengan kayu ini dibangun pada abad 16.
La Maison de L'apothicaire Simon Poisson |
Sambil
melihat map, saya langsung berjalan melewati Rue Lionnaise. Menyusuri jalan ini, saya seakan merasa dibawa ke
500 tahun yang lalu. Konon katanya, jalan ini sengaja tetap dipreservasi
seperti bagaimana jalan sesungguhnya jalan-jalan di Angers di masa silam.
Rue Lionnaise |
Setelah
beberapa menit berjalan, saya akhirnya sampai di Place de la Paix. Di tempat ini berjejer rumah-rumah di abad 15 dan
16 yang mewah pada jamannya.
Place de la Paix |
Puas
berjalan-jalan dan mengabadikan beberapa momen, akhirnya saya kembali ke tempat
tinggal saya. Perjalanan saya kali ini tidak hanya meninggalkan kenangan tapi
juga pembelajaran akan penghargaan terhadap sejarah melalui pariwisata.
Uniknya, pariwisata mampu membaurkan sejarah dan masa kini menjadi tontonan
menarik bagi wisatawan. Kita juga pasti tidak pernah lupa dengan Penglipuran,
Tampak Siring dan Jalan Gajah Mada di Bali yang dibuat serupa dengan konsep
ini. Mungkin begitu pula perasaan para wisatawan yang berkunjung, sama seperti
saya tadi, tersenyum kagum dengan mahakarya jaman silam, menyatu harmonis dalam
balutan Pariwisata.
“Culture and heritage are seen as continuous and dynamic rather than dead”
- Melani K. Smith -
0 komentar