Kenapa Mimpi Dibilang Indah?
9:08 AM
Mengawali tahun 2016, saya sangat bersyukur karena resolusi
saya tercapai, seharusnya tanggal 31 Desember 2015 kemarin saya membuka laci
saya di rumah dan melihat kembali resolusi yang saya buat di awal tahun. Namun
karena saat itu saya sedang di Amsterdam yang mana beribu mil dari rumah, saya
hanya bisa mengkhayal sambil mengingat resolusi apa saja yang berhasil saya
capai. Saya sangat beruntung juga, selalu dipertemukan dengan orang-orang baik
yang membantu saya untuk mewujudkan itu, tanpanya saya bukan apa dan siapa.
Kini, banyak orang mungkin menginginkan di posisi saya. “Enak
ya jadi kamu”, kiranya begitu yang terucap dari ribuan bibir yang mendengar
cerita tentang saya. Begitupun saya yang ‘dulunya’ mati-matian menginginkan ini
terjadi.
Tuhan tidak sebercanda itu untuk mengabulkan, ada banyak
rintangan yang harus saya lalui, mencoba menghadang saya untuk menyerah di
tengah jalan. Tuhan juga tidak sebercanda itu untuk memberi, ada lebih banyak
lagi tantangan baru yang semakin membentuk pribadi dan cara pandang saya ketika
mimpi itu akhirnya tercapai.
Ada banyak sekali hal lucu saat saya saat hidup di sini,
mulai dari nyasar karena salah naik bis sampai melihat hal-hal mengagetkan yang
tidak pernah saya pikir sebelumnya.
Manja bukan pilihan
Walaupun di rumah, saya bukan salah satu anak yang sangat
dimanja, saya merasa hidup di luar negri tanpa keluarga dan orang tua, menuntut
saya untuk (sangat) mandiri. Di sini, tidak bisa seenaknya naik sepeda motor
dan parkir persis di depan toko. Saya harus naik transportasi umum, dan
berjalan sedikit hingga sampai ke tempat yang saya tuju. Wajar-wajar saja kalau
cuaca sedang bersahabat, tetapi menjadi sangat menyebalkan ketika hujan apalagi
angin kencang ditambah suhu udara yang dinginnya luar biasa. Belum lagi harus
menenteng barang belanjaan untuk keperluan satu minggu. Begitu pula untuk
keperluan sehari-hari seperti mencuci dan memasak, semuanya dilakukan sendiri.
Luar negri tidak selamanya seindah itu
Ada banyak hal mengagetkan selama saya di sini. Citra luar
negri yang luar biasa indah, bersih, tertata rapi dan warganya yang disiplin,
ternyata tidak selamanya seperti itu. Ada juga yang justru kebalikannya,
walaupun tidak majoritas. Tapi saya tetap kagum dengan suasana dan gaya hidup
di sini.
Ketika Homesick melanda
Kendala yang paling susah diatasi adalah Kangen. Tidak hanya
kangen rumah, tapi kangen keluarga, masakan ibu, kebersamaan dengan teman-teman
dan juga ketemu pacar. Tidak jarang,
kesemuanya itu, membuat kita berangan Tuhan segera memberikan “pintu kemana
saja”nya Doraemon. Setidaknya kita bisa memeluk sebentar orang-orang terkasih
itu dan kembali lagi ke perantauan. Biasanya, obat saya adalah dengan menelepon
atau video call, walaupun tidak terobati sepenuhnya, tapi itu sangat membantu.
Terima kasih teknologi! Tolong buat yang lebih canggih lagi yaa, misalnya tidak
cuman mengirimkan pesan dan suara, tapi juga peluk dan cium! Hehe
Travelling tidak seindah senyuman di foto Instagram
Ketika musim liburan
seperti ini, beruntung sekali saya diajak oleh seorang teman untuk berwisata di
beberapa tempat di Prancis dan di luar Prancis yang jaraknya lumayan dekat.
Saya sempat ke Bordeaux, Paris, Lille, Valenciennes, Amsterdam, Volendam dan
Brussels. Beberapa foto juga sengaja saya tebarkan di Instagram. Lumayan, ada
banyak yang memberikan Likes, ada juga yang sampai chat mengatakan saya orang
beruntung bisa bepergian ketika studi. Padahal kenyataannya tidak sebahagia
itu. Saya harus rela menggendong tas yang beratnya luar biasa karena membawa
pakaian untuk sekitar 2 minggu, belum lagi harus siap nyasar padahal cuaca di
luar sangat dingin dan berangin. Bahkan, sepulangnya dari liburan itu pun saya
sempat flu dan batuk walaupun tidak terlalu parah.
Namun mungkin semuanya harus seimbang ya, saya dapat senangnya,
tapi juga harus diimbangi dengan konsekuensi yang lain. Anggap saja Yin dan
Yang, Rwa Bhinneda.
Begitu kiranya curhatan saya di awal tahun. Jadi kenapa
mimpi dibilang indah? Padahal ketika itu terwujud, tidak selalu seindah itu. Memiliki
mimpi memang indah, namun janganlah terlalu silau dengan semua bualan
keindahannya, pasti ada sisi lainnya yang harus dilalui dan menjadi
konsekuensi.
Selamat tahun baru!
0 komentar