Gossip, Untuk Apa?
12:51 PMManusia itu kadang unik. Menganggap dirinya selalu lebih benar dan hebat. Kasarnya, setiap apapun yang dilakukan oleh orang lain pasti saja ada salahnya. Lucunya lagi ini seringkali diperdebatkan, diurai panjang lebar, dianalisis sampai mendalam bahwa orang lain tersebut dianggap tidak pantas melakukan apa yang dia anggap benar sebagai pilihan hidupnya. Apa salahnya ketika kita memberikan kebebasan kepada orang lain, asal tidak merugikan kita, bukan?
Manusia itu juga kadang gila penghormatan dan pengagungan.
Menganggap dirinya di puncak segalanya. Sehingga, jika ada manusia lain yang
lebih dari mereka, tidak segan sifat iri pun muncul, yang padahal tanpa sadar
membuat mereka sendiri terlihat semakin rendah. Ada juga, yang saking inginnya
mendapat tempat di level teratas, mengupayakan berbagai cara yang padahal tidak
sesuai dengan kemampuannya. Entah intelejensi atau mental ya. Ada.
Umur saya baru 23 tahun, masih terlalu dini rasanya untuk
sok tahu menjabarkan berbagai sifat manusia yang luar biasa uniknya. Tapi, di
sepanjang perjalanan hidup saya yang dini ini, sudah ada beragam sifat manusia
yang saya temui, dan yang paling sering saya temui adalah melalui hobi para manusia
yang satu ini: bergosip.
Gosip itu entah kenapa untuk sebagian besar orang bagaikan
cemilan renyah di kala bosan, ada saja yang kurang rasanya kalau tidak ngomongin orang lain.
Loh iya, saya juga suka kok ngomongin orang. Tapi entah kenapa saya lebih suka
ngomongin kehebatan dan sisi positif orang lain, lumayan bisa saya pakai
sebagai motivasi dan panutan saya untuk bisa seperti dia. Tapi kadang, saya
juga ngomongin kekurang-baikan orang lain
kepada saya, lumayan juga bisa dipakai menjadi cerminan untuk tidak melakukan tindakan atau berkata seperti dia.
Hidup ini seperti apa ya? Hmmh.. Mungkin lebih tepatnya
seperti bermain puzzle. Random, tapi harus dirangkai. Bagaimana merangkainya? Belajar,
mengamati, dan menyesuaikan. Tapi, kalau puzzle itu sudah jadi, tentunya semua akan
terlihat jelas.
Saya pernah berada di satu kelompok yang kerjaannya gossip
melulu, seakan-akan di dunia ini bertebaran orang-orang jahat, buruk, dungu,
dan tidak sepintar mereka. Seringkali kata sindiran, bahkan tawa bahagia
menyelingi intermezzo obrolan mereka. Bayangkan, kisah hidup seseorang (yang
bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana yang sebenarnya terjadi) dijadikan
bahkan guyonan. Mereka tertawa, bahagia, di atas semua itu. Pertanyaan saya
hanya satu, bagaimana bisa? Kejam sekali manusia ini. Mereka tidak membunuh,
tapi menyebarkan isu. Isu yang sebenarnya bisa membunuh karakter.
Membunuh karakter? Saya sendiri sebenarnya seringkali tidak
bisa langsung percaya jika ada seseorang bergosip tentang orang lain kepada
saya. Tipikal saya adalah mengalami dan melihat langsung. Saya tidak bisa
menyimpulkan sifat dan kepribadian seseorang hanya dari perspektif orang lain
yang belum tentu benar. Tapi, bagaimana dengan teman-teman saya yang lain? Mereka
dengan mudahnya menyimpulkan sifat orang lain hanya dari cerita tersebut. Sehingga mulai
bersikap kurang baik terhadap orang yang digossipkan itu.
Cerita yang hanya mulut ke mulut itu. Cerita yang bisa saja
dirangkai ulang, entah ditambah atau dikurangi menjadi sesuai dengan keinginan si
penutur. Semudah itu untuk percaya?
Terus, untuk apa bergossip?
Kalau saya sendiri, ketika melihat segerombolan orang bergosip, yang bisa saya amati justru si penutur. Saya jadi tahu bagaimana pola pikir mereka, bagaimana sikap mereka terhadap orang lain, dan bagaimana pribadi mereka.
Just simply because you are what you say..
Kalau saya sendiri, ketika melihat segerombolan orang bergosip, yang bisa saya amati justru si penutur. Saya jadi tahu bagaimana pola pikir mereka, bagaimana sikap mereka terhadap orang lain, dan bagaimana pribadi mereka.
Just simply because you are what you say..
0 komentar