Pasal 1. Senior selalu benarPasal 2. Jika senior salah, maka kembali ke pasal 1
Aku pernah denger peraturan semacam ini dari temanku. Kebetulan
kita seangkatan, jadi saling sharing tentang
berbagai kegalauan MABA. Agak ngenes sih sama temanku ini, yang WAJIB mematuhi
2 pasal tadi.
Oke, mereka (para senior itu) memang lahir setahun lebih tua,
umm atau lebih dahulu mendaftar di sekolah yang sama. Mereka senior, hanya
senior, tapi kenapa menganggap selalu benar? Kita juga sama-sama masih berlabel
mahasiswa kan?
Ini seperti kita memutar waktu dan kembali ke masa kerajaan.
Saat, dimana raja yang selalu benar, raja yang berkuasa, dan raja
segala-galanya. Well, itu jaman kapan ya? Sekarang kita sudah memasuki abad 21,
mau semakin maju atau mundur lagi nih? -__-
Lagi-lagi kedisiplinan dan penghormatan yang menjadi
kamuflasenya. Alasan senior ya begitu-begitu saja. Agar terlihat berwibawa di
depan MABAnya. Dengan galak dan kasar? Bukankah itu malah membuat mereka seakan terlihat
tidak sopan? Orang yang berwibawa adalah ketika suaranya penuh makna dan bukan
sekadar keras dan lantang.
Pernah dengar masa orientasi sekolah-sekolah di luar negeri?
Umm, setahuku sih tidak ada yang namanya ‘perponcloan’ seperti itu. Perploncoan
yang seakan masih saja terselip tanpa sepengetahuan pihak berwenang. Mereka (sekolah luar negeri) benar-benar mendefinisikan arti ‘orientasi’ dengan baik. Orientasi yaa berarti
pengenalan, tanpa adanya ‘plus-plus’ lainnya.
Apalagi sudah banyak sekali fakta dan data yang menyebutkan
banyak MABA yang menjadi korban. Korban di sini bukan hanya meninggal dunia,
bahkan ada yang luka-luka karena kecelakaan. Saking ‘hormat’nya mereka sama
para seniornya.