The blessed Asperger part 2
6:58 AM
Nah, kalau dilihat dari beberapa gejala tadi, buanyaak banged
yang jadi cerminan aku. Apalagi poin yang paling penting nih ‘susah bergaul’.
Iya, entah kenapa ini yang paling aku ga ngerti. Setiap melihat orang baru,
susah rasanya untuk mengakrabkan diri, kecuali dia yang mendekatkan diri ke
aku. Jadi, seakan aku ga ramah, sombong, jutek dan kawan-kawannya. Padahal aku
ingin seperti mereka, mereka yang punya banyak temen, ga pernah nervous di depan orang banyak, yang
ngetop di suatu lingkungan karena ramah, jadi positifnya kan banyak orang yang
suka.
Kalau aku? Buru-buru pengen punya banyak temen, mungkin mereka
langsung berpikiran aku jutek dan ga jadi nyapa aku :(
Sebenarnya adikku lebih parah sih. Bahkan, waktu kelas 2 SD dia
sempat berontak bolos sekolah selama dua minggu hanya karena hal kecil.
Gara-garanya dia ga suka omongan temennya yang bilang dia pak ndut. Tuh kan,
masuk ke ciri-ciri Asperger tadi susah mengerti humor. Dan ini berlanjut sampe
sekarang kelas 6 SD, temen-temennya paling cuman satu dua orang dan anehnya nanya
PR sama temennya lewat telpon aja dia malu, dan nyuruh aku buat nanya. Well..
-__-
Setelah baca beberapa artikel di mbah google, sedih sekaligus
seneng sih. Sedihnya karena ternyata sindrom ini TIDAK bisa dihilangkan. Harus
usaha memang, dari diri sendiri dan lingkungan pastinya. Cuman yah pastinya
sangat susah, ibaratnya berharap jadi pacarnya kyuhyun. Walaupun ngarep tapi
tetep aja ga mungkin!
Tapi senengnya, ternyata si Albert Einstein juga penderita
sindrom ini. Yah, legaan dikit karena ga berasa sendiri deh. Trus kenapa dia
jadi hebat gitu padahal dia juga penderia disleksia* loh. Itu dia kelebihannya.
Penderita dengan sindrom ini punya minat khusus yang ditekuni, bahkan mereka
cenderung menekuninya sedetail mungkin, termasuk memperhatikan setiap hal
kecil. Penderita juga biasanya lebih baik di beberapa bidang seperti
matematika, seni pemograman computer dan menulis. Mereka lebih suka dan lebih
bisa mengungkapkan sesuatu dengan tulisan dibanding dengan berbicara (aku
banged ^^)
Tapi apakah sindrom Asperger jaminan untuk jenius seperti
Einstein? Menurutku sih engga, kesuksesan dan kejeniusan itu berawal dari
ketekunan. Sama kayak pisau semakin diasah semakin tajem. Tau ga Einstein itu
pernah dihina oleh gurunya gara-gara lambat menerima pelajaran, tapi dia
sekarang bahkan dibilang orang paling jenius di dunia dan belum ada yang bisa
menandinginya.
Ya itu semua karena ketekunannya. Dan… sepertinya dia sangat
mengabaikan, eh atau mungkin memanfaatkan kelemahannya sebagai kelebihannya.
E = MC2 juga kan ga ditemuin gitu aja sambil
nyentikin jari, diuji coba selama belasan tahun, mengalami banyak kali kegagalan,
dan hujatan pesimis dari orang lain.
Tapi apa? Walaupun lambat, Einstein tetap
tekun demi inovasi sebuah pengetahuan yang akhirnya mendatangkan peradaban
baru.
Jangan
sepelekan ketekunan dan kerja keras. Semua orang berhak sukses. Tidak terkecuali. MERDEKA!
*disleksia: kelainan pada system otak yang menunjukkan gejala
keterlambatan dalam membaca dan menulis.
0 komentar