Seseorang mengatakan dirinya tidak beruntung.
Ketika dia merasa benar-benar membutuhkan orang lain, tidak bisa mandiri dan
geraknya terbatas. Berada di suatu posisi dimana sisi simpati semua orang
selalu menghampirinya. Mendapatkan begitu simpati yang berlimpah, tapi (mungkin
saja) Tuhan tidak pernah bersimpati.
Seseorang lainnya mengatakan dirinya kurang
beruntung. Mengeluhkan apa yang tidak dimilikinya dengan apa yang dimiliki
orang lain. Meminta dan selalu meminta lebih keberuntungan. Merasa kehidupannya
paling buruk dan nista. Membandingkan kelemahannya dengan kelebihan orang lain.
Padahal seharusnya dia sadar bahwa masing-masing (pasti) punya kelebihan.
Seseorang lainnya lagi mengatakan dirinya yang
paling beruntung. Merasa memiliki semua yang sudah dan ingin dimilikinya,
walaupun hanya fantasi. Menerima apa pun yang pantas diterimanya. Keterbatasan
dan simpati seakan hanyalah kerikil kecil. Berterima kasih dengan segalanya
yang telah mengajarkannya. Selalu bersenandung tawa dan mengukir senyum di
hatinya.
Tidak ada suatu hal pun yang bisa menentukan
apakah kita beruntung atau tidak. Keberuntungan dan kebahagiaan ada di tangan
kita. Walau kadang keberuntungan itu didapat dengan cara yang berbeda, cepat
atau lambat, keberuntungan akan selalu bersamamu, kita.
Dan aku beruntung terlahir di dunia ini.
Mencoba menghadapi dunia dengan segala ketidaksempurnaan dan keterbatasanku,
bersama kamu dan kalian yang tersayang. Memberikanku segenggam kepedulian dan
sekecup asa.
