QLUE: Mengunggah Keluh Tanpa Rusuh

11:02 PM

Setelah mendengar berita tentang QLUE di salah satu stasiun televisi swasta, pagi hari saya kali ini diawali dengan decak kagum akan kinerja pemerintah DKI Jakarta. Dengan semangat, saya langsung menambah volume tivi sambil melanjutkan menyeruput kopi panas yang sejak tadi malah sengaja terabaikan gara-gara terlalu fokus menyimak berita yang satu ini.

***
Tampilan website QLUE
QLUE. Aplikasi yang bisa dengan mudah diunduh di smartphone berbasis iOS dan Android ini ternyata sudah dilaunching oleh Pak Ahok pada tahun 2014 lalu. Setelah mengunduh dan log in, cara menggunakannya pun ternyata sangat sederhana, pengguna bisa langsung melaporkan berbagai keluhan, entah kemacetan, banjir, kerusakan fasilitas umum, pelanggaran, kebakaran, sampah dan lain-lain. Layaknya sosial media yang serupa, kita pun juga bisa berinteraksi dengan sesama pengguna. Untuk melapor, ada berbagai kategori yang bisa dipilih dan pengguna diharuskan menaruh foto, keterangan dan lokasi. Adapula fitur khusus lainnya yang dipasang, sehingga tidak mudah untuk mengunggah berita palsu. Hal menarik yang saya baca ketika mengakses website resmi QLUE, yakni sang pelapor (yang juga disebut QLUErs) bisa mendapatkan hadiah jika sudah mengumpulkan beberapa poin. Nah semakin banyak mengeluh (atau memberikan laporan) semakin banyak pula poin yang didapat.

Seperti kata Admin: Kapan lagi ngeluh malah dikasih hadiah?

Mengusung tagline “The whole neighborhood in your hands”, aplikasi yang menghabiskan dana 3,5 Milyar ini belakangan digunakan oleh 500.000 pengguna dengan 3.000 laporan tiap harinya. Melihat penggunannya yang masih minim, inovasi QLUE ini sudah seharusnya semakin disosialisasikan karena melihat berbagai manfaat yang bisa didapat, seperti kecepatan penanganan keluhan dan meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga kini tidak perlu berpeluh ngomel-ngomel pakai rusuh kepada pemerintah. Selain itu, QLUErs juga bisa memantau daerah sekitarnya in real time, yang secara tidak langsung mengajak mereka untuk secara aktif bersama-sama meningkatkan kualitas kota. Keluhan mereka juga dapat dengan mudah tersalurkan tanpa terhadang urusan birokrasi.

Keluhan tersebut kemudian terhubung dengan aparat pemerintah melalui CROP (Cepat Respon Opini Publik) yang terintegrasi juga dengan website smartcity.jakarta.go.id. Sebagai hasil keseriusan kinerja pemerintah dalam melayani publik, ketua RT dan RW kemudian akan mendapat insentif berupa Rp.10.000 dan Rp.12.500,- per laporan, dengan tambahan biaya komunikasi sebesar Rp.75.000. Biaya ini juga sudah diatur melalui Keputusan Gubernur Nomor 903 Tahun 2016, tentang mekanisme pemberian uang operasional kepada RT/RW, dengan pelaporan sebanyak tiga kali sehari. Maka dari itu, apabila dalam 30 hari rutin mengirimkan tiga laporan, RT akan menerima insentif sebesar Rp.975.000 dan RW Rp.1.200.000 per bulan.

Namun, tantangan selanjutnya yang dihadapi adalah membimbing serta meyakinkan (atau lebih tepatnya memperkenalkan) para jajaran pemerintahan untuk mulai menggunakan aplikasi ini. Tidak sedikit media masa yang melontarkan bahwa banyak pegawai pemerintah justru menolak inovasi ini hanya karena alasan ‘ketidakbisaan’ atau susah dan tidak mengerti cara menggunakannya.

Aneh, main Facebook sama Instagram aja bisa, masa ya pakai aplikasi yang basisnya persis seperti itu tidak bisa? Hmmhh..

Iseng saya mengunduh aplikasi ini, walaupun berdomisili di Bali. Alhasil, setelah menghidupkan GPS, saya langsung bisa mengakses berbagai keluhan QLUErs di lingkungan saya. Sayangnya, belum semua pemerintah kota di Bali bergabung dalam sistem ini, sehingga keluhan belum bisa ditanggapi dan diproses sebagaimana mestinya. Bahkan, update terakhir terlalu lama, yakni 4 bulan yang lalu. Respon yang diberikan admin, dikutip seperti ini, “Terima kasih sudah menggunakan QLUE. Pemerintah Kota BADUNG belum menjadi mitra QLUE sehingga laporan anda belum bisa secara cepat ditindaklanjuti..”

Dalam komentarnya, Admin kemudian mengajak QLUERs untuk update informasi sesering mungkin dan mengajak masyarakat lainnya untuk turut serta. Selain Bali, CEO QLUE, Rama Raditya, sangat optimis untuk mengembangkan aplikasi ini ke Provinsi dan kota lainnya di Indonesia, yakni: Bandung, Bogor, Depok, Bekasi, Makassar, Manado, Palembang Riau, Semarang, Surabaya dan Yogyakarta.

***
Semangat #berani berubah sepertinya belum menggema ke seluruh lapisan masyarakat, begitu pula belum menjalar ke seluruh pelosok nusantara.

Besar harapan saya (bahkan mungkin kita bersama) sebagai warga Indonesia untuk membuat perubahan bagi bangsa. Tentunya membutuhkan tekad dan konsistensi, dengan mendobrak dogma lama yang mengakar dan melapuk.

Tapi, untuk apa merawat tanaman yang kian melapuk ketika tanaman baru lebih indah untuk dipupuk?


To improve is to change (Winston Churcill)

Referensi:http://www.polbis.co/pro-qlue-lebih-besar-ketimbang-kontra/http://www.kompasiana.com/shendyadam/salah-kaprah-peraturan-uang-operasional-rt-dan-penggunaan-aplikasi-qlue_574d0f94367b61ce0454866bhttps://www.techinasia.com/qlue-now-in-13-cities-funded--> http://www.beritajakarta.com/read/6932/Ahok_Luncurkan_Aplikasi_Smart_City

You Might Also Like

0 komentar