Lebih Berbahaya dari Narkoba

1:33 AM

Narkoba. Zat adiktif ini sebenarnya merupakan obat penenang dengan langsung bereaksi terhadap susunan saraf, namun jika dikonsumsi berlebihan justru dapat menyebabkan kecanduan yang bahkan dapat berujung kematian. Namun, semakin dilarang, bandar narkoba seakan semakin memiliki banyak cara untuk mendistribusikannya kepada konsumen. Kenapa walaupun sudah dilarang dan diperketat pengawasannya namun tetap saja banyak narkoba yang diselundupkan? Jawabannya.. simple.. Karena masih banyak yang mau beli. Hukum permintaan dan penawaran. Sesederhana itu.

Sekali lagi, narkoba berbahaya karena secara medis menggerogoti sistem imun dan saraf sehingga tidak berfungsi secara normal lagi sehingga mengakibatkan ketergantungan.
Sebenarnya ada hal lain lagi selain narkoba yang justru lebih berbahaya, yang parahnya dapat berujung kepada kematian eksistensi diri, kecanduan yang dibungkus rapi dalam pencitraan yang tak berakhir.

Kali ini kita beralih dari kecanduan medis menjadi psikologis, yang juga akan berefek jika dikonsumsi atau dilakukan berlebihan. Dan masih saja ada yang melakukannya hanya karenan tuntutan dan permintaan dari lingkungannya, telebih penawaran bertebaran di mana-mana. Mereka yang kecanduan ini, jika semakin dilarang maka akan semakin menemukan banyak cara untuk berkelid. Mereka yang lebih suka menghabiskan pendapatannya untuk sebuah status, pengakuan dan prestise. Lalu, hanya bisa berlari sekuat tenaga di hedonic treadmill yang tak berujung pada apapun.

Sebenarnya, memuaskan diri sendiri, memberikan penghargaan kepada diri sendiri berupa materi ataupun pengalaman adalah hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika berlebihan dan atau memaksakan. Sudah tahu tidak punya uang untuk makan, atau masih nagih sama orang tua, atau punya utang banyak tapi kok ya bisa-bisanya beli sandal jepit di atas lima ratus ribu itu? Makan di tempat yang seporsi harganya di atas 300.000. Berbelanja pakaian di toko yang katanya bermerk itu. Dan dengan senyum sumringah posting foto dengan bawa kresek yang berlabel produk impor mahal (yang padahal harganya sudah dinaikkan karena pajak dan operasional).



Belum lagi, generasi muda yang kecanduan ini sudah terlanjur makan gengsi. Fatalnya, lebih baik morotin orang tua yang penting bisa gaya, dengan pakai barang mahal dan eksis di sosial media. Daripada harus pontang panting bantuin keuangan orang tua. Yang penting eksis!

Istilah “Corgito ergo sum” nya Descartes sepertinya harus berubah. Dari “saya berpikir, maka saya ada” menjadi “saya eksis dan banyak gaya, maka saya ada”.

Inilah yang lebih berbahaya dari narkoba, yang lambat laun justru lebih mematikan jika tidak bisa mengikuti jaman, atau kelelahan mengumpulkan uang hanya untuk sesuatu yang hanya bisa memuaskan untuk sementara. Bahkan, selalu memaksakan untuk ‘terlihat’ burgeouis, tak peduli bagaimanapun caranya. Karena yang hanya dipedulikan hanyalah mengikuti apa yang orang lain lihat keren tak peduli berapapun biaya dan penghabisannya.

Padahal, seseorang yang kaya tidak perlu berpenampilan menor untuk menunjukkan bahwa dia kaya, toh semua orang sudah tahu. Seseorang yang pintar, tidak perlu berpenampilan layaknya orang pintar, toh semua orang tahu lewat tutur kata dan santunnya.

Bukan tentang bagaimana kita berpenampilan, tetapi bagaimana sifat dan sikap lah yang menentukan. Materi hanya akan lapuk dimakan waktu, tetapi wawasan dan image kita akan terus abadi.


-->
Jadilah apa adanya, dan tumbuhlan sewajarnya.


You Might Also Like

0 komentar