Masih susah move on? yuk 'belajar' dari Korea Utara!

7:30 PM


BUKAN. Bukan K-pop, cewe-cewe cakep, atau cowo-cowo charming, atau mungkin fashion yang selalu Update. Kita sekarang beralih ke saudaranya korea selatan, yaitu korea utara. Memang, dulu Korut bisa dibilang lebih maju dibanding Korsel, tapi kalau sekarang kalian menganggap hal yang sama. BENAR-BENAR SALAH TOTAL.

Entertainment? Fashion? Jangan ditanya. Maksudku memang seharusnya ga usah ditanya. Kalian tahu kan Korea utara merupakan satu-satunya Negara komunis terisolasi yang masih bertahan di planet ini. Kerennya, Negara ini sangat tertutup dengan dunia luar. Sebegitu tertutupnya, bahkan penduduknya tidak diperbolehkan menggunakan handphone, komunikasi di sana sangat dibatasi. Ironisnya, internet yang sudah kita gunakan beberapa puluh tahun yang lalu, baru bisa dipergunakan di korea utara bulan Maret tahun ini, dan itupun hanya boleh diakses oleh ekspatriat atau turis yang berkunjung di sana. Dan tarifnya pun bisa dibayangkan, tidak seperti di Indonesia yang bahkan para provider berlomba menawarkan tariff termurah, di sana hanya ada satu pilihan provider dan itu sangat mahal. Seperti kembali ke masa awal-awal dulu kita memulai menggunakan handphone, Hmmh, kalau ga salah sekitar 10 tahun yang lalu, aku ingat saat itu harga kartu perdana sekitar 100ribu, itupun pulsanya sedikit. Mungkin kalau kita ke korea utara, seperti masuk ke mesin waktu 10 tahun yang lalu, yah begitulah.



Bagaimana dengan transportasi? Tentunya dibatasi juga. Mereka sangat ‘cinta produk lokal’, sehingga menolak keras barang impor, terutama barang buatan Jepang, yah kita tahu Jepang dan Korea Utara tidak satu sekutu. Tidak ada mobil, tidak ada motor, transportasi umum pun jarang, tapi there is still positive in every negative, of course there is no such traffic jam. Cool! But miserable :(

Menariknya lagi, tidak seperti di Indonesia yang siaran TVnya hampir 24 jam, dengan tawaran berbagai program TV yang menarik. Di sana, siaran TV hanya sebentar, bahkan iklannya lebih lama daripada program intinya. Dan yang menjadi artist, actor, tokoh penting, atau apapun itu yang diidolakan, hanyalah presiden mereka. Iya, ketiga presiden mereka, yang secara turun menurun menjabat itu. Jadi baik itu lukisan di sudut kota, patung pahlawan, tugu, atau apapun itu hanya untuk presidennya. Bahkan di perpustakaan, hanya ada satu penulis, ya ga salah lagi, Sang Presiden Tercinta. Eh tapi penduduknya cinta banged lo sama presidennya, sampai-sampai mereka menganggap Presiden mereka itu adalah Tuhan mereka. Dan mereka seakan sangat memuja dan berterima kasih akan semua ‘kesejahteraan’ yang ‘tuhan mereka’ itu berikan. Ngomongin soal sejahtera, di sana banyak sekali ada anak busung lapar, orang-orangnya kurus-kurus, dan yang gendut cuman of course Presidennya. Tapi cinta para penduduknya itu terbalas kok, karena presidennya juga overprotektif. Kenapa? Karena di sepanjang perbatasan korut dengan Cina dan Korsel, dibatasi dengan kawat listrik, berharap agar tidak bisa satu warga Negara pun berniat kabur dari Negara itu.

Bahkan sepertinya mereka juga benar-benar cinta diri sendiri. They do really love themselves. Aku jadi ragu sama istilah ‘I love myself’. Sebenarnya kita bisa belajar dari sini, Korut selalu mendapat kritikan, saran dan argumentasi dari pihak luar, tetapi mereka tetap seperti itu dengan dalih ‘I love myself’. Mereka terlalu merasa ‘beginilah’ yang terbaik, mereka terpuruk dalam masa lalu, tetap setia pada Rusia dan semua sekutunya, tetap membenci pihak lawan yang dulu pernah berperang dengannya, rasa sakit hatinya seakan terus diflash-back, tidak ada hentinya. Yah, intinya, singkatnya, poinnya, Korut susah Move-on. Dan kita lihat faktanya seperti ini, Korut seakan tertinggal, focus perkembangannya hanya pada ‘proyek balas dendam’ dan ‘menjadi Negara adidaya’.

 Lalu apa sebaiknya kita masih berpatok pada istilah ‘I love myself’? Get this, cinta diri sendiri itu baik, tapi kita harus tahu bahwa semuanya berubah, semuanya berjalan, and you can’t stay as you forever, ketika banyak kritikan menghujat, mungkin saatnya kita berhenti, membuka kacamata kuda, dan bercermin, sambil melihat sekeliling dan merenung kembali. Kritikan tidak selamanya menjatuhkan, pujian pun tidak selamanya melambungkan. Kita bisa belajar dari kritikan, dan menjadi lebih baik untuk selanjutnya.

Masa lalu? Mungkin ini klise, tapi memang benar, pengalaman dan masa lalu itu guru terbaik, jadikan pelajaran untuk kita melompat lebih tinggi lagi.

..Belajar dari itu semua..

Seandainya Korut bisa melupakan masa lalunya, bisa berbaur dengan dunia luar dan era globalisasi. Aku yakin, korut tentunya bisa bersaing dengan Negara maju lainnya.


Sama halnya seperti kamu, seandainya kamu bisa move-on, hanya melirik sedikit masa lalu, mentransformasi kegagalan dan kekecewaan menjadi sebuah semangat baru, yang kemudian dengan gagahnya melangkah menyambut masa depan yang lebih gemilang. Daripada hanya terpuruk memikirkan kegagalan yang tak akan ada habisnya. It is just wasting your time! Dan malah memperburuk keadaan!

Jadi, masih ga mau move on?

*By the way, special thanks to National Geographic Channel for inspiring me to write this.

You Might Also Like

0 komentar