Menjual mimpi, membeli angan

7:56 PM


Kalau ditanya apakah semua orang punya mimpi? Tentu jawabanya iya. Tapi kalau ditanya lagi apakah semua orang yakin mimpinya akan terwujud? Hmmmh..


Saya sendiri, ketika disodorkan pertanyaan seperti ini, memerlukan waktu sekian detik untuk akhirnya menjawab..IYA! SAYA YAKIN.

Istri dari mantan Presiden Amerika, Eleanor Roosevelt, pernah bilang kalo:
“The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams.”
Yah kasarnya, kita ga punya masa depan kalau ga percaya sama mimpi. Jadi, bener. Kita harus berani bermimpi tapi berani juga untuk mewujudkan mimpi.

SAYANGNYA, saudara-saudara..

Ada juga segelintir orang yang sudah punya mimpi tapi masih belum tahu cara mewujudkannya (termasuk saya sih). Nah ini nih yang kemudian menjadi sasaran empuk bagi ‘pembisnis’ dan dengan sangat kreatif terbungkus rapi untuk akhirnya dieksploitasi dan diperdagangkan, lebih tepatnya ‘mengeksploitasi’ para pemimpi yang kebingungan arah itu tadi.

Mungkin kalian pernah, atau sekarang baru memulai suatu ‘bisnis’ yang mana sangat sering didengung-dengungkan berkali-kali dan dengan menggebu-gebu berulang-ulang menyebutkan kata mimpi. Dan mengaku  serta meyakinkan bahwa mimpi kita sangat mungkin diraih melalui ‘bisnis’ yang ditawarkan ini. Kita diberikan berjuta bayangan bagaimana jika kita bisa menempati posisi tinggi dan memiliki bawahan. Kita dibuai dengan berjuta angan yang merupakan hal yang benar-benar kita inginkan. Kita bahkan diberikan contoh jutaan orang yang sukses dari bisnis ini. Rasanya tidak mungkin, kalau kita tidak terpelongo, manggut-manggut dan akhirnya diri kita sendiri yang menjamin bahwa ini benar dan inilah cara kita sukses. Bahkan, disaat kita jatuh dan merasa sudah tidak sanggup lagi menjalankan ‘bisnis’ ini, mereka kembali datang, dengan jutaan motivasi yang luar biasa super sekali. Karena kan kalau kita ga jalan dan lanjutin ‘bisnis’ itu, mereka juga ga dapet persenenan, bro!

Selain berkedok mimpi, biasanya dikamuflasekan lagi dengan sebuah produk. Padahal kalau diperhatikan lebih seksama, pada intinya, project ‘bisnis penjualan mimpi’ ini sangat menguntungkan pihak mereka dan sebaliknya menekan kita untuk berjuang sepenuh tenaga mempromosikan produk itu. Bayangkan, dengan bahasa mereka yang sangat komunikatif, dan secara pragmatis dapat mengontrol pikiran orang lain, mereka dengan mudahnya mendapatkan pekerja yang menjajakan produk mereka secara instan dan sukarela. Bahkan, di beberapa produk, diharuskan untuk membayar dengan jumlah yang cukup besar, dan dengan iming-iming ‘investasi’. Tapi who cares? Saat itu di pikiran, hanya kerja dan wujudkan mimpi, walaupun harus bayar dulu dengan jumlah besar, aku bakalan jadi milyuner nih..Hahahahahahahaha eitsss.. tapi

 ‘Tidak semua yang kamu dengar itu benar lo.”

Kalau dalam linguistic, ada cabang ilmu yang namanya pragmatic, kata dosen saya Pragmatic learns about how human mind works, how humans communicate, how they manipulate one another. Lebih ditekankan yang terakhir, bahwa memang seseorang itu terkadang bertutur berbeda dari apa yang dia maksud sebenarnya, dan bertujuan agar dapat memanipulasi si lawan bicara. Bahasa itu hebat loh. Bahasa bisa mengubah state of mind seseorang. Kalau engga, ga mungkin donk banyak motivator dan hypnotherapist berjamuran saat ini, bahkan untuk menggaet lawan jenis pun ada motivatornya. Begitulah celakanya (sekaligus untungnya), masih banyak orang yang memang perlu diyakinkan dengan kata-kata (termasuk saya sih), walaupun kata-kata itu (sebenarnya) tidak selamanya dan sepenuhnya benar. Otak kita memang dirancang sangat hebat dan sempurna, mampu memasukkan input data yang dapat pula diakses dan dikaitkan dengan data lama, yang membuat kita berimajinasi secara luar biasa. Tetapi ironisnya, terkadang otak kita juga sangat lemah ketika imajinasi dan emosi keinginan itu akhirnya melumpuhkan saraf logika. 

Coba deh yuk berpikir lebih kritis dan logis. Kritis maksudnya, sebelum kamu benar-benar terjun ke dunia itu, apa sih rugi dan untungnya? Apakah semudah itu mendapatkan bawahan lagi? Apakah benar ada jutaan orang di luar sana yang tertarik akan produk ini? Apakah produk ini berkualitas? Apakah ‘bisnis’ ini sudah terlalu banyak peminatnya? Dan apakah para peminat itu sudah jadi milyuner sekarang? Bagaimana dengan pesaingnya? Come on, krisis ekonomi global itu masih ada, dan tentunya produk gratis yang bertebaran di internet itu lebih banyak peminatnya, dan yang berbayar seperti ini kemungkinan besar tenggelam. Kemudian, logis di sini maksudnya apakah benar semua bisa secepat itu?  Apakah sebegitu percayanya kamu kepada ‘pemilik perusahaan’ untuk mengivestasikan uang kamu itu? Seseorang yang apalagi tidak pernah kita kenal memberikan kita sejumlah uang yang menggiurkan hanya dengan bergabung di ‘bisnis’ ini? Yakin? Mungkinkah tidak ada potongan atau peraturan ribet lain-lainnya lagi selanjutnya? Bukankah sebaiknya kita bermain investasi yang aman, seperti emas, property atau mungkin barang langka? Just think twice before you act.

Aku percaya mimpi. Tapi aku juga tidak membiarkan diriku menjadi pemimpi. Terlebih dengan lebih banyak membeli mimpi dan angan dari para penjual mimpi yang sebenarnya mimpi mereka pun belum terbentuk utuh.

Maaf, saya tidak bermaksud untuk menghasut, menyalahkan atau bahkan menyinggung pihak siapapun, saya hanya ingin berbagi. Saya sendiri bisa dibilang masih dalam proses mewujudkan mimpi. Kalau memang artikel ini tidak bermanfaat, yah silahkan diabaikan saja. Intinya, bermimpilah dengan bebas, dan wujudkanlah dengan cerdas ya kawan! :)

You Might Also Like

0 komentar