Pacaran, Jenuh dan Teorinya

5:03 AM

Sumber: tumblr

Sudah berapa sering kita denger kisah cinta tragis? Yang pacaran lama, eh taunya menikahnya sama orang lain yang cuman pacaran sebentar. Rasanya sakit banged, buang-buang tenaga, waktu dan biaya. Rugi semuanya. Tapi sebenarnya, memang semua yang kita alami pasti ada pembelajaran, orang-orang yang berdatangan di kehidupan kita pun, tidak bisa semuanya harus tetap tinggal. Begitu pula dengan rasa yang kian berubah.


Tidak ada yang abadi dan tidak pernah ada yang pasti.

Ketika merasa seringkali dipermainkan, kadang saya jadi berpikir, kenapa tidak sekalian saya jadi player? I mean, loving is like a game. If you win, you will feel the victory, then the feeling doesn’t stay long, then you will feel loser again, and you will do anything to feel like a winner again. It happens like that, like a cycle, again and again. Kalau ibaratnya bunga, dari kuncup, mekar, kemudian layu. Dan si player pasti akan cari bunga kuncup lagi, dirayu-rayu sampai mekar, udah bosen nyium aromanya, setelah layu ya dibuang cari yang lain. Bukannya tetap bertahan dengan yang layu, dengan dia yang sudah tahu sisi lemah dan semua kekurangannya dan tetap setia. Tapi jujur ya bro dan sis, yang setia macam begini langkanya luar biasa! Beruntung kalau bisa dapetin.. hehe

Pacaran itu sebenarnya tentang mencari yang tepat. Masalahnya banyak yang merasa tidak akan pernah menemukan yang tepat, jadi akan terus mencari sampai bosen, dan terus menyakiti "mantan" pasangannya yang sebenarnya sudah (terlanjur) cinta, terus begitu sampai karma buruknya numpuk. Saya pribadi sih ga masalah ya, itu pilihan mereka, itu juga jadi konsekuensi mereka. Kalaupun terus mencari, toh belum tentu yang didapatkan setelahnya ternyata lebih baik, atau justru dia malah membuang yang lebih baik? Kasihan.

Oke, daripada cuap-cuap tanpa teori, saya mau singgung sedikit nih Teori dari ilmu sosiologi, yakni Social Exchange Theory. Teori ini secara gamblang menyatakan bahwa, interaksi akan terjadi akibat adanya motivasi dari benefit atau value yang diterima dari pelakunya. Contohnya, kalau pacaran, kenapa sih kita mau sama si dia? Oh karena dia tajir, selalu dibayarin, oh karena ganteng, gampang dipamerin, atau oh karena setia jadi meminimalisir resiko diselingkuhin. Nah pertimbangan benefit dan value ini yang mempengaruhi decision kita untuk selanjutnya berkata iya atau tidak saat ditembak. Tapiiii, benefit yang mirip dengan ilmu ekonomi ini, ternyata memiliki prinsip saturasi atau titik jenuhnya, sehingga benefit tersebut akan dirasakan berkurang sampai tidak terasa sama sekali. Ga usah dikasi contoh, mungkin yang pacaran sudah merasakan sendiri ya.. hehee..

Trus gimana biar benefit itu tetap dirasakan dan bisa bertahan lama?

Sayangnya, hukum ini sudah tidak bisa ditolak, seperti hukum karma, tidak akan bisa dipungkiri. Nah, jadi kalau memang merasa perlu bertahan, masih ada hal yang bisa dilakukan, seperti menambah benefit. Entah dengan mempersering intensitas ketemuan, jalan-jalan ke tempat yang belum pernah dikunjungi, nostalgia waktu pertama kali ketemu, semuanya yang indah-indah deh dan yang terpenting komunikasi! Tapii (lagi-lagi), usaha menambah benefit itu tidak akan berhasil jika hanya satu yang berusaha. Pacaran itu ibarat tim, kalau cuman satu yang kerja bukan tim namanya, tapi individu. Dan kalau pasangan sudah tidak mau bertim, untuk apa dipaksakan?

Jadi nih, bro dan sis, bagi yang lagi dimabuk kasmaran, jangan terlalu berlebihan deh, karena belum tentu kita bakalan sama si dia, ya syukur-syukur kalau jadi. Terus bagi yang lagi patah remuk sehancur-hancurnya, jangan terlalu bersedih deh, karena bisa saja sebenarnya kita diselamatkan dari orang itu, yang bahkan kalau dipaksakan bersama justru nambah sakit hati.

Sekali lagi, hidup ini tidak pernah pasti, boleh berencana tapi jangan berharap. Satu hal penting yang harus selalu diingat, yang harus dijalani adalah hari ini, dan detik ini, bukan menjalani kilasan balik masa lalu, bukan juga rayuan semu di masa depan.

Kita memang sudah tidak bisa memperbaiki masa lalu, tapi kita masih bisa memperbaiki masa depan menjadi lebih indah.


--> Sudah keren belum closing statement nya? hehe

You Might Also Like

0 komentar